AKU-KAH PEMIMPIN
Ketika
Kepemimpinan yang Indah menjadi sebuah harapan dan impian setiap jiwa yang
merindukannya
IKRAR ILDP
Betapa
inginnya kami agar bangsa ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai
daripada kami sendiri.
Kami
berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan
Indonesia, jika memang tebusan itu yang diperlukan
Atau
menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita
Indonesia, jika memang itu harga yang harus dibayar
Tiada
sesuatu yang mebuat kami seperti ini selain rasa cinta yang telah mengg=haru
biru hati kami, mengusai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan
mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk kami.
Betapa
berat rasa di hati kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik bangsa ini,
sementara kita hanya menyerah pada kehinaan dan pasarah oleh keputusasaan.
Demi
Alloh Yang Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Mendengar
Kami
berjanji dengan penuh kesungguhan bahwa kami akan:
·
Selalu berusaha bermanfaat dan
berkontribusi untuk masyarakat, apapun tantangannya
·
Selalu teguh dalam kejujuran,
apapun kondisinya
·
Selalu kokoh dalam integritas,
betapapun sulitnya
·
Selalu bertanggung jawab, betapaun
beratnya
Semoga Alloh Yang
Maha Esa memberkahi dan menjaga kami dalam janji ini.
Bergetar rasanya seluruh
jiwa dan raga ketika ikrar itu kami lontarkan, hingga membuat kami yang saat
itu baru saja akan dilantik menjadi peserta UI
Student Development Program 2012, disuguhi ikrar yang tidak main-main,
bagaimana tidak dengan diucapkannya ikrar itu maka bertambah lagi satu tanggung
jawab yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh.
Kepemimpinan. Hal
apa yang ada di kepala kalian saat kata itu terlontar? Mungkin dalam benak
kalian muncul orang-orang yang dahulu di elu-elukan sebagai pemimpin yang
membuat orang-orang yang dipimpinnya sejahtera, atau bisa pula terpikirkan
pemimpin adalah ia yang memiliki pengaruh, ia yang menjadi panutan, ia yang
terbentuk secara sempurna secara luaran sehingga cakupan yang dipimpinhya bisa
kita rasakan. Ada banyak hal, banyak kata, dan banyak phrase yang bisa diungkapkan
baik tentang pemimpin maupun kepemimpinan, namun satu hal yang jelas adalah
detik ini kita merindukan pemimpin yang dapat membaca dan mengatasi situasi
yang dihadapi Negeri Pratiwi ini. Tampaknya, tanah ini sedang kering akan
jiwa-jiwa pemimpin. Pemimpin yang bisa mencuri hati yang dipimpinnya dengan
hanya mau dan sepenuhnya berkorban untuk Negeri, Pemimpin yang bisa membaca
kondisi yang dihadapi, pemimpin yang bisa benar-benar menjadi wakil rakyat
dalam hal menyuarakan hak-haknya. Betapa tidak, aku, dirimu, kami, dan kita
pasti rindu.
Pemimpin. Bukan lahir
dari orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan pribadinya, namun dia yang
menempatkan serendah-rendahnya urusan pribadi di atas kepentingan lainnya. Pembentukan
pemimpin pun tidak dapat dilakukan seperti membuat makanan instant, namun ia
merupakan sebuah perjalanan panjang yang berakhir pada satu titik yaitu ajal.
Sepanjang perjalanan
sejarah kita telah temukan sebaik-baiknya pemimpin, Jenderal sepanjang masa
Rosululloh Saw yang mengajarkan bagaimana kepemimpinan itu seharusnya, ia
menjadi Panglima gagah dalam pertempuran melewan musuh-mushnya, dan menjadi
ayah, suami, juga tetangga yang memperlakukan dengan sebaik-baiknya perlakuan
kepada setiap mereka. Itukah pemimpin yang didambakan. Atau masih ada kriteria
lain? Entahlah mungkin bagi setiap orang ada wajah untuk pemimpin.
Kini ataupun nanti
menjadi pemimpin adalah pilihan, dan kita hanyalah kita yang bisa memutuskan
ingin tidaknya mengambil keputusan, setelah mengambil keputusan tentunya akan
ada konsekuensi dari hal tersebut, seperti rentetan pertanyaan, dan seperti itulah
kehidupan yang penuh dengan pilihan-pilihan yang mau tidak mau kita pilih(jika
mau) untuk terus mempertahankan eksistensi pengorbanan ini.
Berbicara mengenai kepempinan maupun pemimpin
untuk saat ini masih harus banyak yang aku cari dan temukan, karena tentu saja
dimensi pemahaman tentang ini masih jauh dari baik. Hal terkecil
setidak-tidaknya kita bisa membina diri, meperbaiki diri untuk menajdi
pribadi-pribadi yang bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan, apa yang
dipikirkan, apa yang menjadi sikap kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita
hasilkan, dan apa yang akan kita wariskan dan yang paling penting akan
bagaimana akhir kehidupan kita. Setidaknya setelah kita bia menjawab
pertanya-pertanyaan tersebut, telah membuat kita tahu akan dibawa kemana diri
kita, setelah itu barulah memikirkan akan dibawa kemana yang lainnya.