Sabtu, 21 April 2012

AKU-KAH PEMIMPIN


AKU-KAH PEMIMPIN
Ketika Kepemimpinan yang Indah menjadi sebuah harapan dan impian setiap jiwa yang merindukannya
IKRAR ILDP
Betapa inginnya kami agar bangsa ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada kami sendiri.
Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan Indonesia, jika memang tebusan itu yang diperlukan
Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita Indonesia, jika memang itu harga yang harus dibayar
Tiada sesuatu yang mebuat kami seperti ini selain rasa cinta yang telah mengg=haru biru hati kami, mengusai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk kami.
Betapa berat rasa di hati kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik bangsa ini, sementara kita hanya menyerah pada kehinaan dan pasarah oleh keputusasaan.
Demi Alloh Yang Maha Kuasa, Maha Tahu, dan Maha Mendengar
Kami berjanji dengan penuh kesungguhan bahwa kami akan:
·         Selalu berusaha bermanfaat dan berkontribusi untuk masyarakat, apapun tantangannya
·         Selalu teguh dalam kejujuran, apapun kondisinya
·         Selalu kokoh dalam integritas, betapapun sulitnya
·         Selalu bertanggung jawab, betapaun beratnya
Semoga Alloh Yang Maha Esa memberkahi dan menjaga kami dalam janji ini.


Bergetar rasanya seluruh jiwa dan raga ketika ikrar itu kami lontarkan, hingga membuat kami yang saat itu baru saja akan dilantik menjadi peserta UI Student Development Program 2012, disuguhi ikrar yang tidak main-main, bagaimana tidak dengan diucapkannya ikrar itu maka bertambah lagi satu tanggung jawab yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh.
Kepemimpinan. Hal apa yang ada di kepala kalian saat kata itu terlontar? Mungkin dalam benak kalian muncul orang-orang yang dahulu di elu-elukan sebagai pemimpin yang membuat orang-orang yang dipimpinnya sejahtera, atau bisa pula terpikirkan pemimpin adalah ia yang memiliki pengaruh, ia yang menjadi panutan, ia yang terbentuk secara sempurna secara luaran sehingga cakupan yang dipimpinhya bisa kita rasakan. Ada banyak hal, banyak kata, dan banyak phrase yang bisa diungkapkan baik tentang pemimpin maupun kepemimpinan, namun satu hal yang jelas adalah detik ini kita merindukan pemimpin yang dapat membaca dan mengatasi situasi yang dihadapi Negeri Pratiwi ini. Tampaknya, tanah ini sedang kering akan jiwa-jiwa pemimpin. Pemimpin yang bisa mencuri hati yang dipimpinnya dengan hanya mau dan sepenuhnya berkorban untuk Negeri, Pemimpin yang bisa membaca kondisi yang dihadapi, pemimpin yang bisa benar-benar menjadi wakil rakyat dalam hal menyuarakan hak-haknya. Betapa tidak, aku, dirimu, kami, dan kita pasti rindu.

Pemimpin. Bukan lahir dari orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan pribadinya, namun dia yang menempatkan serendah-rendahnya urusan pribadi di atas kepentingan lainnya. Pembentukan pemimpin pun tidak dapat dilakukan seperti membuat makanan instant, namun ia merupakan sebuah perjalanan panjang yang berakhir pada satu titik yaitu ajal.

Sepanjang perjalanan sejarah kita telah temukan sebaik-baiknya pemimpin, Jenderal sepanjang masa Rosululloh Saw yang mengajarkan bagaimana kepemimpinan itu seharusnya, ia menjadi Panglima gagah dalam pertempuran melewan musuh-mushnya, dan menjadi ayah, suami, juga tetangga yang memperlakukan dengan sebaik-baiknya perlakuan kepada setiap mereka. Itukah pemimpin yang didambakan. Atau masih ada kriteria lain? Entahlah mungkin bagi setiap orang ada wajah untuk pemimpin.
Kini ataupun nanti menjadi pemimpin adalah pilihan, dan kita hanyalah kita yang bisa memutuskan ingin tidaknya mengambil keputusan, setelah mengambil keputusan tentunya akan ada konsekuensi dari hal tersebut, seperti rentetan pertanyaan, dan seperti itulah kehidupan yang penuh dengan pilihan-pilihan yang mau tidak mau kita pilih(jika mau) untuk terus mempertahankan eksistensi pengorbanan ini.
 Berbicara mengenai kepempinan maupun pemimpin untuk saat ini masih harus banyak yang aku cari dan temukan, karena tentu saja dimensi pemahaman tentang ini masih jauh dari baik. Hal terkecil setidak-tidaknya kita bisa membina diri, meperbaiki diri untuk menajdi pribadi-pribadi yang bertanggung jawab terhadap apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan, apa yang menjadi sikap kita, apa yang kita lakukan, apa yang kita hasilkan, dan apa yang akan kita wariskan dan yang paling penting akan bagaimana akhir kehidupan kita. Setidaknya setelah kita bia menjawab pertanya-pertanyaan tersebut, telah membuat kita tahu akan dibawa kemana diri kita, setelah itu barulah memikirkan akan dibawa kemana yang lainnya.


Wina Asterina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang Orang katakan tentang menjadi “Dewasa”

Sekelumit “ini” dan “itu” seakan berputar-putar di kepala. Ini sudah masanya dimana orang-orang mencari cara untuk menghabiskan waktunya(b...