Nasionalisme bagi siapa saja yang mengaku dirinya bagian dari Negara ini
ketika banyak
diantara kita membicarakan makhluk yang bernama nasionalisme, seperti
apa bentuknya, apakah itu bulat, elips, kotak, atau apa? entahlah aku pun
nampaknya masih samar dengan bentuknya sendiri. apa itu nasionalisme,
nasionalisme seperti apa yang harusnya dimiliki oleh setiap bagian dari bangsa
yang mengaku ia bagian dari negara ini.
merinding
mengingat nasionalisme hanya sebagai sosok kata-kata belaka, tak berbentuk
nyata. Mengaku bernasionalisme tinggi nyatanya perbuatan tak sesuai perkataan.
Sebelum beranjak ke hal lain, kita tentunya mafhum dan paham apa itu nasionalisme,
dalam tataran definisi nasionalisme menurut kamus besar bahasa Indonesia berati
paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat
kenasionalan: --makin menjiwai bangsa Indonesia; kesadaran
keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama
mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran,
dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. lebih jauh lagi mungkin bukan itu
yang akan coba dibahas, namun hanya
ingin sedikit membuka tabir-tabir yang dahulu mengungkung kepala ini tentang makna nasionalisme
sebenarnya.
Bagaimanapun juga sebagai warga
negara yang dianggap baik, tentunya kita memiliki rasa nasionalisme, sedikit
atau banyaknya rasa itu tumbuh tergantung pada bagaimana menyikapi nasionalisme
itu sendiri. Membahas mengenai hal ini, aku agak tergelitik pada banyaknya
kenyataan yang memperlihatkan lucunya bangsa ini memaknai nasionalisme. Atau
mungkin aku sendiri masih dalam ilmu yang belum memadai untuk mengaplikasikan
nasionalisme itu sendiri. Aku, Bangsa, Negara, Nasionalisme. Bagaimana kaitan
antara satu dan lainnya mari sama-sama kita renungi dan lihat dari berbagai
sisi semua kata tersebut.
Menyangkut nasionalisme ini sendiri,
yang aku pahami bagaimana cara kita memerankan fungsi sebagai individu yang
merupakan bagian dari bangsa Indonesia bisa berkontribusi untuk masyarakat
luas. Tidak perlu muluk-muluk, seringkali kita terlalu rumit memikirkan
bagaimana menyalurkan nasionalisme ini, namun seringkali kita juga lupa bahwa
disekitar atau disekeliling kita masih terlalu banyak orang yang membutuhkan uluran tangan.
Untuk sekedar meringankan beban hidup yang terlalu berat ditanggung sendirian. Tidak usah terlalu banyak
mempaparkan tentang arti nasionalisme kepada orang banyak, cukup melihat
ke dalam diri, sudah seberapa banyak memberikan bantuan terhadap orang yang
terdekat minimal.
Menyikapi hal
ini tentunya harus banyak yang dibenahi mulai dari dalam diri kita sendiri,
jika saja nasionalisme ini bisa dijadikan sebagai bahan renungan bagi setiap
diri, tidak ada yang tidak mungkin negara dan bangsa ini bisa dijadikan sebagai
role model untuk negara yang lain. Mungkin impian menjadi sebuah negara role
model masih sangat jauh dari harapan, mengingat kini Negeri kita sedang
dihadapkan pada musuh-musuh tak nampak yang tanpa disadari melunturkan
kecintaan kepada tanah air, tidak hanya itu bahkan nasionalisme itu sendiri
menjadi sesuatu yang samar tak jelas apa maknanya bagi orang yang menngenalnya
sekalipun.
Pengkaburan
arti tersebut yang kadang membuat banyak orang salah arti dengan nasionalisme.
Nasionalisme disimpan pada tempat yang setinggi-tingginya, namun tanpa ada
pengamalan yang berarti. Bangsa ini sudah cukup banyak melahirkan orang-orang
yang bisa dijadikan teladan dalam memaknai nasionalisme, namun nampaknya
nasionalisme kini masih dalam dimensi waktu lampau. Memahami nasionalisme
sebagai salah satu sikap yang seharusnya bisa dibangun dalam diri setiap
individu, apa salahnya mencintai negeri yang pernah dijadikan sebagai tempat
kelahiran, apa salahnya bangga dengan menyebutkan Indonesia sebagai negeri
tempat asal saat berada di negeri orang. Adakah yang salah? Menurutku yang
salah adalah ketika nasionalisme itu dijadikan sebagai dalih melakukan hal lain
yang padahal sama sekali tak ada sangkut paut dengannya. Yang salah adalah
ketika nasionalisme diartikan sebagai paham yang hanya dilihat dalam sudut
pandang kecintaan pada negeri, tidak lebih.
Aku pikir ini
semua bukan tentang kata, namun tentang makna. Bukan juga tentang kosa kata, namun
tentang kerja nyata. Nasionalisme bagiku bagaimana kita bisa menjadi orang yang
bermanfaat bagi siapa saja yang ada disekitar kita, dengan begitu saja kita
bisa memberikan bukti nyata bahwa kita cinta, betapa kita ingin menjadikan
Negeri ini menjadi negeri yang bermartabat, dengan menularkan dan menciptakan
individu-individu yang mengerti akan arti kecintaan itu, maka peradaban itu
sudah kita mulai. Kita mulai dengan melakukan aksi. Meski kecil namun
terus-menerus.
Mei 2012
Wina Asterina
Peserta UISDP 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar