Minggu, 15 Juli 2012

mereka yang "Luar Biasa"

bismillahirrohanirrohim,
untuk raga yang selalu dipenuhi nikmat Sang Maha Pemberi Nikmat dan untuk jiwa yang selalu merindukan ketenangan.


Malam minggu, sudah terlewat lagi nampaknya minggu ini. Tak seperti minggu-minggu lainnya, kali ini aku dan beberapa teman berbeda fakultas mencoba suatu project eksperimen baru, yaitu berkunjung ke sekolah yang di dalamnya terdapat anak  "luar biasa". disana tentu segudang pelajaran yang aku bawa menjadi pelajaran hidup yang amat berharga, sebagai seorang amatir dalam hal mengurus hal ini menjadi sangat excited. Hari pertama berkunjung kesana, jujur di mata mereka kulihat banyak kekosongan, masyaAlloh. Mereka yang sering kita lihat sebagai keseluruhan manusia, namun ada salah satu komponen yang harusnya menggenapkannya sebagai manusia menjadikan mereka manusia yang tidak biasa. Saat kami berkunjung ke sekolah itu, kami menemukan mereka dari berbagai latar belakang yang berbeda, belakangan aku tahu ada diantara mereka-beberapa- yang berasal dari keluarga mampu. Ya, MAMPU. Namun katidakmampuan keluarga menerima mereka sepenuhnya ,membuahkan putusan menitipkannya pada yayasan Ibu Lin( Founder Yayasan Nusantara). Sepenuhnya kadang tidak habis pikir, bagaimana mungkin ada orang tua yang tega menitipkan anaknya pada bu Lin, ya mereka memang diability namu aku lihat ada yang tidak begitu parah yang seharusnya bisa dihandle oleh para orang tua. Agak ganjil memang jika aku mengatakan hal ini, karena aku sendiri belum pernah menjadi orang tua seperti itu, namun sedikit banyak aku menjadi tau apa yang seharusnya dilakkan ketika hal itu terjadi padaku. Mungkin hal itu bisa dianggap ditolerir, namun jika seoarang orang tua yang udah menitipkan lalu tidak pernah menjenguk sejak pertama kali ia titipkan anaknya, hal itu yang membuat pertanyaan besar. Ada benarna ketika seorang guru berkata menjadi ibu rumah tangga haruslah berpendidikan tinggi, karena kita akan dihadapkan pada hal-hal yang bersifat implementatif yang sebelumnya harus kita pelajari, pikirku.

Saat pertama kali kesana, aku melihat mereka memberikan senyum-senyum bahagia, ada pula yang hanya menampakkan wajah kosong, juga ada diantara mereka yang tak acuh atas kedatangan kami. Juga diantara mereka aku temukan tubuh bongsor, namun perilaku mereka hanya sebatas tak kurang bocah 5-6 tahun. Mereka seakan dikurung oleh tubuh besar yang didalamnya hanya terdapat anak kecil. Kebanyakan mereka adalah anak autis, ada pula yang tuna rungu, juga tuna wicara. Serta ada beberapa anak yang aku kira mereka normal ternyata mereka hiperaktif, juga beberapa yang mengalami disfungsi pada beberapa bagian tubuh-kebanyakan kaki-.
hingga saat ini, aku tak lupa bagaimana tatapan mereka. Ini aku ceriakan beberapa diantara mereka.

Helen. Tuna rungu dan wicara.
Pertama kali melihatku, dia hanya bisa menggenggam tanganku.  Ketika mereka semua difasilitasi kertas dan pulpen, gadis itu menuliskan namanya diatas kertas. Dengan tulisan yang memang terlihat agak tidak teratur namun dalam tataran bisa dibaca. Helan namanya, awalnya aku takut-takut saat ia terus saja menggenggam tanganku, karena kupikir dia seorang lelaki. Namun saat kutau namanya helen, sedikit lega rasanya. Helen gadis berumur sekitar 14-16 tahun yang memiliki wajah agak oriental, kulitnya putih dan rambutnya pendek, juga sering memakai baju silat, serta memiliki gigi yang agak gingsul-tidak rapih-,ia sering mendekatiku pada awal pertemuan kami. Ibu Lin pernah mengatakan pada kami di awal bahwa rata-rata diantara mereka prioritasnya adalah eat, makan. Maka pantas saja si Helen ini selalu saja menghabiskan makanannya dalam waktu yang relatif singkat, dia terkadang sering menggerutu sendiri, namun saat aku memandangnya ia langsung tersenyum. Lucu.

Dina. Gadis Besar berprilaku anak kecilKetika kami dibagi beberapa kelompok, aku menemukan Dina sebagai wanita yang seharusnya dalam ukuran normal dia mungkin ibu dari beberapa orang anak. Namun saat aku berbincang dengannya, ia sama sekali tidak bisa dikatakan seorang ibu. Dina yang polos, memiliki tubuh besar seperti ibu-ibu biasanya, aku senang berbincang dengannya, bebricaranya agak kurang jelas memang, namun ia masih bisa mengatakan segala sesuatu yang ia rasakan. Pun saat kami diberi pensil dan kertas, Dina memiliki ketertarikan dengan kedua bena tersebut, karena pada saat itu ia terus saja memintaku memberikan kertas lagi. Pulpen lagi, bahkan ia meminta pensil warna. 

Yuni. Si Kecil yang tak mampu berbicara.Si kecil ini dikenalkan oleh seorang perawat atau mungkin pasien yang sudah sembuh atau entahlah aku belum mengetahui lebih jauh tentangnya yaitu Yuli. yuni adalah anak asuh daru Yuli, ia cantik umurnya sekitar 4-5 tahun. Ketika kutanya ia hanya bisa tersenyum, manis sekali. Saat aku tanyakan kepada Yuli, memang Yuni tidak bisa berbicara. Pada hari kedua aku masih penasaran dengan anak yang satu ini, karena tidak yakin jika ia tak mampu berbicara, karena anehnya ia bisa mendengar. Aku rangsang ia diberikan pertanyaan, namun pada akhirnya nihil, ia hanya bisa tersenyum saat aku bertanya. Si manis Yuni ini senyumnya sangat manis. pikirku.

Ikhsan.-mungkin anak ini salah satu anak normal-Umurnya kira-kira dua tahun, kadang selalu manjadi bahan yang dibuat menangis oleh teman-teman di sekolah sana, ya. Dia masih kecil, terlalu kecil untuk tahu dia ditinggal pergi ibunya. Saat-saat terakhir aku ingat sekali bagaimana wajahnya yang polos dan berkata " Kaka, boleh gak minumnya buat aku?". karena di situ ada minumna yang memang milik temanku, dia hanya ingin memiliki botol air minum itu, kemudian aku jawab "nanti kaka tanya dulu sama kaka yang punya ya". Kami disaat terakhir sekali bermain balon, saat itu juga yang aku pikir. bisakah aku membawanya pergi. Ha. Lucu memang ikiran ku yang satu ini. dan untuk setiap kalian yang disana, yang belum bisa aku kenal secara satu persatu. Semoga bahagia menyertai setiap detiknya.




_kunjungan yayasaln SLB nusantara_13-14 Juli 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang Orang katakan tentang menjadi “Dewasa”

Sekelumit “ini” dan “itu” seakan berputar-putar di kepala. Ini sudah masanya dimana orang-orang mencari cara untuk menghabiskan waktunya(b...